Minggu, 28 April 2019

Artificial intelligence mengancam manusia.?


Kehadiran Artificial Intelligence yang begitu luas mampu menawarkan prospek yang sangat menarik bagi peningkatan produktivitas dan melahirkan inovasi-inovasi baru kepada bidang bisnis. Bukan hanya bidang bisnis, Artificial Intelligence pun dapat menyelesaikan permasalahan masyarakat tentang penyakit, pengendalian iklim dan bencana alam. Hal itu berdampak positif bagi kehidupan manusia karena mempermudah hal yang sebelumnya tidak efisien jika dikerjakan manusia namun sangat baik jika dikerjakan dengan artificial intelligence (AI) yang kerap tertanam dalam mesin atau robot-robot. Secara pengertian AI merupakan sebuah entitas cerdas ilmiah yang diciptakan oleh manusia. Entitas tersebut di tanamkan ke dalam sebuah mesin, sehingga membuat mesin tersebut seolah-olah mampu berpikir sendiri untuk mengambil sebuah keputusan.

Artificial Intelligence sebenarnya sudah terdapat sejak lama dalam dunia teknologi, namun masih belum terlalu dilirik oleh manusia. Istilah AI dicetuskan oleh para ilmuwan matematika dunia pada awal abad ke 17. Namun AI baru benar terdengar namanya pada tahun 1950. Program AI yang pertama kali beroperasi dengan baik ditulis pada 1951 untuk menjalankan mesin Ferranti Mark I di University of Manchester (UK).  Semakin berlalu Artificial Intelligence berkembang dengan semakin cepat yang dipicu pada tahun 2009 oleh pembelajaran jaringan saraf mendalam learning of deep neural networks yang jauh lebih cepat. Istilah deep learning mengacu pada melatih jaringan saraf buatan untuk mengidentifikasi pola dari sekumpulan data.

Contoh AI dalam neuron buatan terdiri dari kumpulan besar unit komputasi yang disebut neuron buatan yang saling terhubung. Mereka bisa secara bebas dianalogikan seperti kumpulan saraf di otak kita. Untuk melatih jaringan ini, para ilmuwan memberikan banyak masalah, yang sudah ada jawabannya untuk dipecahkan. Salah satu contoh masalah besar adalah terdapat sekumpulan gambar jaringan tubuh yang masing-masing diberi catatan diagnosis kanker atau tanpa kanker, pada jaringan neuron buatan untuk menghitung probabilitas kanker. Respon yang diberikan jaringan neuron buatan itu kemudian dibandingkan dengan jawaban yang benar untuk menyesuaikan hubungan antara “neuron dengan kecocokan yang gagal. Kemudian dilakukan pengulangan proses sampai benar-benar sempurna dan jawaban yang diberikan sesuai dengan jawaban yang benar. sampai pada akhirnya jaringan saraf buatan akan siap melakukan apa yang dilakukan oleh ahli patologi yaitu memeriksa gambar jaringan dan memprediksi kemungkinan kanker.

 Dilihat dari bagaimana cara membuat artificial intelligence sebenarnya sangat rumit, namun untuk memudahkan penggambaran anggaplah sebuah program AI sebagai anak kecil yang sedang belajar sesuatu, anak kecil itu akan mengulangi kesalahan-kesalahan dan akan memperbaikinya sampai hal yang dia inginkan tercapai. Pengetahuan tersebut disimpan dalamjaringan sarafnya, namun untuk mekanisme pembelajaran tidak mudah untuk dijelaskan. Pada masa kini artificial intelligence sudah dapat dijumpai pada beberapa bidang pekerjaan yaitu pada kesehatan seperti yang sudah dijelaskan tentang memprediksi kemungkinan kanker sampai pada dunia bisnis seperti yang sudah dilakukan di negara china, kini telah banyak lembaga online lending and payment  yang memanfaatkan  AI untuk memprediksi kemampuan nasabahnya dalam membayar hutang secara akurat dan presisi.

Dilihat dari sisi positif AI memang sangat membantu dalam menyelesaikan pekerjaannya dibidang manapun, namun masyarakat banyak mulai berpikir apakah AI dikemudian hari akan menggantikan posisi manusia. Hal itu berarti akan mengakibatkan akan semakin banyak manusia yang tidak akan mendapat pekerjaan karena telah digantikan oleh AI. Namun pikiran masyarakat akan hal tersebut dibantah oleh Mevira Munindra selaku Head Of Operation IDC Indonesia, mevira mengatakan AI sebenarnya tidak akan menggantikan manusia, namun yang tepat adalah AI membantu pekerjaan manusia. “AI akan banyak diadopsi berkisar empat hingga lima tahun ke depan. Untuk saat ini di negara ASEAN baru Singapura,”.  Mevira berpendapat, manusia akan tetap penting untuk proses perusahaan. Pekerjaan manusia tidak dapat digantikan, sekalipun oleh mesin berbasis AI. “Tidak bisa digantikan seperti membangun hubungan yang kuat dengan klien dan memberikan produk dan layanan hebat yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” katanya. Dia juga menambahkan bahwa meski cerdas, ada hal yang tidak bisa dikerjakan AI sebaik hasil pekerjaan manusia, seperti cara mendengarkan, memahami pentingnya empati, pengambilan perspektif dan nilai-nilai komunikasi serta kolaborasi. AI dinilai akan gagal dalam hal tersebut.

Banyak yang dapat dilakukan oleh AI untuk membantu manusia dalam mempercepat pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia, memang hal tersebut menimbulkan pro dan kontra apakah mesin yang sudah ditanami AI dapat menggantikan posisi manusia secara utuh atau tidak. Dari penjabaran diatas didapatkan bahwa pada saat ini AI tidak akan mengganti dan mengancam manusia, tetapi AI mampu berperan dalam membantu pekerjaan manusia menjadi lebih efisien. Dilain itu dalam menjalakan pekerjaan AI memang akurat dan lebih cepat namun AI tidak memiliki hal seperti empati, pengambilan perspektif dan nilai komunikasi serta kolaborasi yang sangat dibutuhkan manusia.

Souce :  
https://www.jawapos.com/teknologi/02/02/2019/jangan-takut-artificial-intelligence-tak-akan-gantikan-manusia/
https://www.wartaekonomi.co.id/read218013/apa-itu-artificial-intelligence.html
http://strategimanajemen.net/2018/10/29/artificial-intelligence
https://industri.kontan.co.id/news/ini-dampak-artificial-intelligence-terhadap-pekerjaan-ke-depan
http://theconversation.com/apakah-kecerdasan-buatan-adalah-pembunuh-pekerjaan-84612
https://www.cnbcindonesia.com/fintech/20190225192127-39-57536/artificial-intelligence-mulai-gantikan-manusia-ini-buktinya